Langsung ke konten utama

inspirasi di hari itu.

Prabumulih sore ini masih cerah, tidak mendung, dan agak panas. kurasa karena ini adalah bulan libur sekolah dan para siswa maupun siswi ada yang tidak mandi seharian jadi hawa panasnya terasa sekali, kecuali dia yang pakai ac. oh, tunggu dulu. ini adalah bulan Desember, musim penghujan, seharusnya kali ini mendung dan dingin, tapi gaktau kenapa jadi panas gini. kenapa ya? wah efek pemanasan global kali ya? gaktau deh mungkin lagi pengen panas, yasudah gakpapa.

sebenernya mau cerita tentang kejadian beberapa hari yang lalu tentang seorang kakek yang jualan balon dan mainan anak-anak di sekitar pasar tradisional Palembang, bukannya bercerita tentang panas, dingin, Desember, efek pemanasan global, atau para siswa-siswi yang gak mandi seharian.oh, gak peduli lah kalau gak mandi. pokoknya bukan itu ya teman-teman :)

beberapa hari yang lalu, aku bersama keempat temanku pergi ke Palembang dan mengunjungi pasar tradisionalnya (u know lah) memang ada beberapa barang yang akan kami beli di sana mengingat barang tersebut tidak di jual di Prabumulih. hari itu sekitar jam 12 lewat, pasar itu masih sepi, baru ada beberapa toko dan pedagang yang buka. di sepanjang jalan kami melihat ada maaf, pengemis, dengan berbagai macam bentuk. aku sering melihatnya ketika aku pergi ke sana. aku kasihan, jujur. tapi kali ini aku tidak pergi dengan bunda atau ayahku melainkan dengan teman-temanku, pastilah uang yang kubawa juga secukupnya, tidak banyak. aku dan teman-temanku lewat saja, dengan berat hati aku berkata "maaf ya pak kalau ada uang lebih pasti saya kasih" itu bilangnya dalam hati hehe.

sepanjang perjalanan kami, aku tertegun melihat seorang kakek-kakek yang menurutku pakaiannya masih "sedikit" rapi membawa dagangannya berupa balon dan mainan anak kecil, bukan masalah pakaian yang kupermasalahkan tetapi wajahnya, iya wajahnya yang memelas seperti kebingungan, ya ampun sedih sekali kalau di ingat. aku kasihan lagi dan ingat uangku lagi, aku coba tidak perduli, tapi apa yang ku rasa kakek itu seperti terus membuntutiku lagi. aku tidak tahan dan mengajak teman-temanku untuk menemui kakek itu, membantunya dengan cara membeli dagangannya, kali ini aku tak perduli dengan uangku. aku tidak tahu siapa namanya karena tidak kutanyakan.
"kek, ini berapa?" aku menunjuk salah satu dagangannya.
"10 ribu ini nak, bisa bunyi itu, tekan." aku sedikit meneloh kepada temanku, Ya Allah, banyak sih 10 ribu. mungkin ada beberapa dari kalian yang mengatakan, "ah cuma 10 ribu, sedikit" iya aku setuju, tapi kali itu aku bersama dengan teman-temanku dan hanya membawa uang cukup. rasanya ingin ku tawar, tapi kupikir lagi mengingat aku pernah membaca sebuah kalimat "jangan lagi kau menawar harga dagangan mereka, keuntungan mereka tidak akan membuat kau jatuh miskin dan mereka jadi kaya" atau "kalau belanja di pasar tradisional pasti nawar dengan harga terendah, sedangkan beli di caffe harga 50k anda bangga" duh malu rasanya jika mengingat kalimat-kalimat tersebut. sudah, aku tidak jadi nawar-nawar. langsung saja aku beli satu mainan tersebut, ketika ku beri uang lebih dia tidak ada kembalian sama sekali, jadi kurasa akulah pembeli pertamanya, aku menelan ludah, untunglah temanku ada uang pas, dan ketika kuberikan uangnya dia berkata, "alhamdulillah, bisa makan siang ini. makasih nak ya," aku dan teman-temanku saling tatap, kemudian kami pergi, kakek itu juga. pilu sekali mendengar kata-katanya. lalu, aku berbincang-bincang dengan teman-temanku tentang kakek tadi.

sejenak aku berpikir, dia sudah tua, mau berusaha walaupun keadaannya lemah. uang 10 ribu saja sudah sangat bersyukur karena nanti siang dia bisa makan. sedangkan aku, dikasih uang lebih saja masih kurang, padahal aku merasa itu untuk poya-poya. kurasa, banyak dari kita yang selalu melihat ke atas dan selalu ingin seperti itu, merasa kurang dengan apa yang sudah di dapat, lupa bersyukur. tapi, dari kakek tersebut kita bisa belajar bahwa kita harus banyak-banyak melihat ke bawah, masih ada yang di bawah kita, ada yang ingin seperti kita sehingga mereka selalu ingin berusaha. kembali lagi dengan tawar-menawar yang hampir kunegokan. mungkin, banyak dari kita yang bangga=menyiksa pedagang kecil=dan memperkaya pengusaha besar. silahkan jika ingin direnungkan.

dan untuk mainan tadi, aku tidak punya adik kecil, keponakanku jauh-jauh. dan aku teringat salah satu temanku punya sepupu yang masih kecil dan sering dirumahnya, mainan tadi kuserahkan saja pada dia dan dia dengan senang hati menerimanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SAYA PERNAH LOH, MENGENAL KAMU :)

Sebagai seorang maba, diriku cukup lugu untuk mengenal banyak hal. Pasalnya, banyak orang baru disini. Hehe.. teman-temanku sudah jauh, memilih pada jalan yang berbeda! Pernah ingin punya mimpi berjalan bersama, namun pada akhirnya takdir bersua membuat kami berpisah. Tapi bagiku, itu bukan persoalan yang besar untuk dipermasalahkan. Disini, aku punya teman baru, suasana baru, dan kamu :)  Waktu itu, kita pernah bertemu di rumah makan ayam bakar di kota hangat ini. Kamu, pasti tidak ingat? Ya, itu pasti. Jangan beralaskan bahwa ingatan wanita lebih tajam dari pria hehe.. Kamu, dengan alis tebal yang terbentuk rapi, dan aku dengan rambut ikalku. Kita pernah berkenalan lewat tatap. Sebuah senyum terlontar satu sama lain yang hingga hari ini masih terus mengambang. Satu kali pertemuan kita sama dengan berjuta tahun bersama, HAHA agak lebay memang. Tapi, begitulah sosok ini ketika mengingat satu hal.  Untungnya aku tetap mengingatmu hingga hari ini, sebagai sosok pria yang pertama kal

Hah... Mind Blowing "Pasca Wisudah"

     Kali pertama ngeblog lagi dan alhamdulillah aku bersyukur banget saat nulis ini udah wisudah sekarang.. yasshh bener-bener baru sadar terakhir ngeblog itu pas tahun 2020. Ada banyak alasan yang aku selipkan kenapa tbtb berhenti ngeblog satu tahunan. Tapi, alasan yang paling relevan adalah aku "males" he he..       Ada banyak hal yang ingin aku sampaikan pada tulisan kali ini, akan menjadi tulisan random yang ntah beberapa part atau satu tulisan full tanpa jeda. So, let me try to elaborate..   " Pada sebagian waktu, aku sangat menikmati proses dari perjalanan hidupku. Merasakan ketenangan, aku tersenyum.. lebih-lebih tertawa bebas. Tapi, di dunia ini -all that is not eternal-". amm      Sebagian pendapat orang yang bilang dunia pasca wisudah itu tidak semenyenangkan yang dikira adalah benar. Oke, aku mencoba memahami diriku bahwa bukan orang yang sepenuhnya punya ketakutan penuh terhadap polemik yang terjadi dilingkungan masyarakat. Contoh, ketakutan ketika bel

Random Tengah Malem ckckck...

Kalo malem gini suka kebiasaan belum tidur, ngidam pengen ngenet ckck. Akhirnya gue memutuskan untuk ngeblog sambil dengerin bunyi kipas tua yang kata nenek gue adalah kado ulang tahun pernikahan ayah sama bunda.  Sebenernya gue cuma mau cerita tentang hal yang terjadi pada diri gue, permasalahan tentang saling maaf-memaafkan. Gue adalah orang yang paling sebel sama kelakuan orang ntah itu yang terdekat sampe yang belum terlalu gue kenal. Misalnya, ketika di kamar, siapapun itu orangnya, gak buang sampah sehabis dia makan ke kotak sampah yang jelas-jelas udah gue sediain di kamar gue, mau ngomong "buangnya langsung ke kotak sampah yah!" takut dia tersinggung. Jelas-jelas gue gak terlalu paham dengan detail sifat temen-temen gue, ntah dia tersinggung atau ngatain sok dan bersikap pura-pura gak tau. Atau, sifat temen gue yang sukanya nyindir dan nyinyir tingkah orang lain tapi gak sadar sama tingkah laku dia sendiri, yang ini seolah-olah dia itu takut untuk n