Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

BUKAN BADIUZZAMAN SAID NURSI PART 1

Mengetahui sosok manusia pejuang Islam yaitu Badiuzzaman Said Nursi sangat mengagumkan memang, kadang kala membuat para mujahid lainnya merasa iri dan cemburu melihat perjuangannya dalam menegakkan keistiqomahan di jalan Islam. Namun, cerita ini bukan tentang beliau yang mulia, tapi tentang Said yang lain, Said yang juga berjuang atas keislamannya. Said yang masih duduk dibangku perkuliahan, kali ini berasal dari Indonesia, bukan Turki maupun Nevada. Beliau ini adalah anak yang cukup aktif dikampus, baik di akademis maupun organisasi. Cukup banyak organisasi yang beliau ikuti, mulai dari Badan Eksekutif, keilmiahan, keagamaan, dan kemanusiaan/kerelawanan. Kerennya beliau bisa me- manage waktu untuk apa-apa yang beliau pilih. Aku mengenalnya sebagai sesuatu yang sangat berharga, pria yang mencintai buku dengan sangat elok, mahasiswa yang ideologis, tidak humble tidak juga kaku, namun sangat menjaga caranya bergaul tentang caranya bertindak, tertawa, dan berperilaku dengan banyak

SAYA PERNAH LOH, MENGENAL KAMU :)

Sebagai seorang maba, diriku cukup lugu untuk mengenal banyak hal. Pasalnya, banyak orang baru disini. Hehe.. teman-temanku sudah jauh, memilih pada jalan yang berbeda! Pernah ingin punya mimpi berjalan bersama, namun pada akhirnya takdir bersua membuat kami berpisah. Tapi bagiku, itu bukan persoalan yang besar untuk dipermasalahkan. Disini, aku punya teman baru, suasana baru, dan kamu :)  Waktu itu, kita pernah bertemu di rumah makan ayam bakar di kota hangat ini. Kamu, pasti tidak ingat? Ya, itu pasti. Jangan beralaskan bahwa ingatan wanita lebih tajam dari pria hehe.. Kamu, dengan alis tebal yang terbentuk rapi, dan aku dengan rambut ikalku. Kita pernah berkenalan lewat tatap. Sebuah senyum terlontar satu sama lain yang hingga hari ini masih terus mengambang. Satu kali pertemuan kita sama dengan berjuta tahun bersama, HAHA agak lebay memang. Tapi, begitulah sosok ini ketika mengingat satu hal.  Untungnya aku tetap mengingatmu hingga hari ini, sebagai sosok pria yang pertama kal

PEMIJAK BUMI YANG HAMPIR LEMAH

Baru beberapa hari tersadarkan, bahwa rembulan yang saat ini tengah menderang sedang mengingatkan sebuah perkara hati yang mulai sesak. Malam ini, setelah akhirnya menonton video by "Kuliah Psikologi", sang rembulan mulai merasakan ada paku yang telah lama menancap dihatinya, tentang banyak hal. Yah, pantas saja, jika selama ini sering sekali merasakan mood yang tak terkendali, kadang-kadang bahagia sampai tertawa lepas, kadang menangis sendirian di kamar mandi dengan menyalakan air dan bergelap-gelapan, dan setelahnya malu didengar manusia lain. Menangis lepas rasanya menenangkan hati, puas! rasa-rasanya paku itu sedikit demi sedikit tak menancap terlalu dalam (lagi). Tetapi esoknya, ada palu yang berusaha memukulnya berulang kali.  Bermurung ria adalah kebiasaan yang tak elok, tapi menjadi menyenangkan bagi mereka yang sedang merasa dilanda kesengsaraan. Hari ini, sang rembulan sempat mengenang hal yang tidak baik untuk dikenang, tentang imannya, tentang cara bergaulny

TINGKAT TIRAI KEADAAN

Gadis 20 tahun itu sedang mengatur irama detak jantungnya yang sedang tidak beraturan. Ya, pasalnya ia baru saja kehilangan salah satu bagian dari tubuhnya yang dianugrahkan oleh Rabb-nya. Tidak terlalu parah memang, namun suatu hal ini amat membuatnya sakit. Setelah kejadian yang menimpanya, gadis ini kadang kala tak dapat membedakan antara mimpi dan kenyataan. Banyak asumsi yang amat mengherankan, baru saja ia selesai menyambut hari lahirnya, baru saja ia beramal baik, kalau-kalau ia dapat meraih ridho dan meminta iba dari rabb-nya. Namun, semuanya seakan sia-sia, ia menggerutu tentang kasih sayang rabb-nya, inikah yang ia berikan untuk ciptaan yang ia sayangi? padahal tidak, ia salah berpersepsi, ia tak paham! ada sebuah rahasia yang seharusnya ia telusuri dari musibah yang sedang menyelimuti remaja negeri emas itu.  Kini, ia sedang bersenandung duduk manis diatas bukit, menikmati hamparan desa sejauh mata memandang. Berkali-kali air matanya menetes, tak kuasa menahan tangis. I